Senin, 07 Januari 2008

Ekonomi Indonesia di tahun 2008; inflasi menyambut kita

Kondisi ekonomi Indonesia di tahun 2008 tentu tidak lepas dari kondisi perekonomian internasional. Melonjaknya harga minyak dunia hingga menyentuh 100,7 dollar AS per barrel memicu meningkatnya inflasi di Indonesia terutama di triwulan pertama tahun 2008. Menurut Direktur Perencanaan Makro Bappenas Bambang Prijambodo (Kompas, 7/1/2008) setiap kenaikan harga BBM industri 10 persen, maka ada potensi tambahan inflasi 0,2-0,3 persen yang bisa terealisasi dalam 2-3 bulan. Itu sangat tergantung pada kebijakan harga BBM industri. Kalau kondisi itu terus berlangsung selama sebulan, kemungkinan akan memberi tekanan pada inflasi. Ini dimungkinkan terjadi melalui kenaikan harga BBM industri dan harga komoditas lain.

Inflasi menjadi topik penting dibahas karena menyangkut kehidupan orang banyak dan mengganggu stabilitas ekonomi makro kita . Walaupun menurut M Ikhsan Modjo (Kompas, 7/1/2008) masih belum terasanya dampak kenaikan harga minyak pada perekonomian domestik saat ini disebabkan dua faktor yaitu pertama, relatif terinsulasinya konsumsi rumah tangga berkat subsidi BBM. Faktor kedua adalah adanya efek keterlambatan (lag effect) transmisi harga dari tingkatan harga minyak mentah di pasar dunia ke harga eceran di tingkat konsumen.

Tapi kenaikan harga minyak dunia tidak akan menaikkan minyak yang dikonsumsi oleh rumah tangga dengan konsekuensi beban subsidi makin bertambah. Ini membutuhkan kehati-hatian pengelola fiskal agar pengeluaran itu terserap dalam APBN. Namun dengan harga BBM industri naik otomatis akan memicu kenaikan harga produk di pasaran yang membebani konsumen.

Apalagi Negara kita bukan lagi net exporter, seperti yang dikemukakan Menteri Keuangan Sri Mulyani bahwa produksi minyak terus menurun dan jauh di bawah sasaran APBN sehingga akan terbebani dengan mahalnya harga impor minyak.

Bagaimana dengan pertumbuhan ekonomi kita jika masalah domestik terus menerus seperti ini, apa solusinya, komentar anda.

Tidak ada komentar: